Selasa, 20 September 2016

Pendirian Usaha

Pendirian Usaha 

Saat mendirikan usaha, diperlukan persiapan yang matang terkait dengan usaha yang hendak didirikan. Sebagai langkah awal dalam mendirikan usaha, setiap wirausahawan harus mempersiapkan segala sesuatu untuk mendirikan sebuah badan usaha.  
Didalam mempersiapkan pendirian usaha, calon wirausaha harus membuat dan menuangkan pokok pokok pikirannya yang mencakup: 
  1. Nama Perusahaan 
  2. Lokasi Perusahaan 
  3. Komoditas yang diusahakan
  4. Konsumen yang akan dituju
  5. Pasar yang akan dituju 
  6. Partner yang akan diajak bekerja sama
  7. Personel yang dipercaya untuk membantu menjalankan usaha
  8. Jumlah modal yang akan dibutuhkan dan yang tersedia 
  9. Peralatan yang diperlu disediakan 
  10. Penyebaran promosi  
Dalam menentukan bentuk usaha, setiap wisausaha sebaiknya memperhatikan minat dan kepribadian yang dimilikinya.Setelah menentukan bentuk usaha yang akan dikembangkan, seorang wirausahawan perlu menelaah serta memahami kelemahan dan kekuatan yang ada padanya. Oleh karena itu diperlukan banyak hal yang harus dipersiapkan secara matang. Ada banyak faktor pendirian usaha yang wajib diketahui oleh wirausahawan, diantaranya sebagai berikut. 

  1. Faktor Pendirian Usaha 
  2. Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal
  3. Situasi Lingkungan Usaha
  4. Faktor Pertimbangan Khusus
  5. Proses Perencanaan Pendirian Usaha 
  6. Kegiatan Memulai Usaha

Prosedur Pengurusan Izin Usaha 
Setiap Jenis usaha harus memiliki izin usaha. Izin usaha penting untuk dimiliki agar usaha yang dikembangkannya berjalan lancar dan tidak menimbulkan masalah. Usaha yang tidak memiliki izin usaha tentu akan menimbulkan masalah kelak di kemudian hari. Oleh karena itu, setiap wirausahawan harus mengurus izin terlebih dahulu sebelum mereka memulai membuka usaha. Dalam mendirikan usaha yang berbadan hukum, ada beberapa langkah atau prosedur yang perlu diketahui diantaranya sebagai berikut :

  1. SITU (Surat Izin Tempat Usaha)
  2. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
  3. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
  4. NRB (Nomor Rekening Bank)
  5. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) 
  6. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
  7.  
     sumber: (Modul Kewirausahaan SMK)

    Selasa, 13 September 2016

    Sekaten


    Hasil gambar untuk sekaten

    SEKATEN 

    Sekaten atau upacara sekaten berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat adalah acara peringatan ulang tahun nabi Muhammad SAW yang diadakan pada setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul Awal tahun Hijriah) di Alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama islam. 

    Pada hari pertama, upacara diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem (punggawa kraton) bersama dengan dua set gamelan Jawa Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendapa Ponconiti menuju masjid Agung di Alun-alun Utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai dengan tanggal 11 bulan Mulud, selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang kedalam Kraton. 

    Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW) mulai jam 08.00 hingga 10.00 WIB. Dengan dikawal oleh 10 macam bregada (kompi) prajurit Kraton: Wirabraja, Dhaheng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis. Sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, dan buah-buahan serta sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah didoakan, gunungan yang melambangkan kesejahteraan kerajaan Mataram ini dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari gunungan ini akan membawa berkah bagi mereka. Bagian gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas dari segala macam bencana dan malapetaka.


    sumber : www.google.com


    Selasa, 06 September 2016

    Puisi

    Pada Suatu Hari Nanti 

    Supardi Djoko Damono     

    Pada suatu hari nanti 
    Jasadku tak akan ada lagi 
    Tapi dalam bait bait sajak ini 
    Kau tak akan kurelakan sendiri

    Pada suatu hari nanti 
    Suaraku tak terdengar lagi 
    Tapi diantara larik larik sajak ini 

    Kau akan tetap kusiasati 
    Pada suatu hari nanti 
    Impianku pun tak dikenal lagi
    Namun di sela sela huruf sajak ini
    Kau tak akan letih letihnya sendiri